Kamis, 10 Mei 2012

Know Your Heart Before Training Part II

Setelah mengetahui beberapa kondisi jantung yang sering terjadi, pembahasan berikutnya adalah mengenai olah raga apa yang boleh dan tidak boleh bila memiliki gangguan jantung tersebut.
Saya harap anda jangan salah persepsi dalam membaca artikel ini, karena pada dasarnya, olah raga adalah hal yang sangat dianjurkan pada orang dengan gangguan jantung, namun harus dipilih jenis nya berdasar intensitas, sifat dan frekuensi
Pada orang dengan kondisi jantung yang sehat, usia muda, tidak ada halangan untuk melakukan olah raga apapun, Bahkan hal ini adalah suatu keharusan karena akan melatih jantung untuk bekerja dengan baik, memperbaiki sirkulasi dengan menurunkan kolesterol sehingga tidak menumpuk di dinding pembuluh darah, memperbaiki sensitifitas insulin sehingga memperlambat munculnya penyakit kencing manis serta banyak efek baik lainnya.
Pada orang yang telah memiliki gangguan jantung perlu perubahan pola olah raga. Pada prinsipnya, olah raga yang dianjurkan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, rhythmical, interval, progressive dan endurance) seperti olah raga yang disarankan pada penderita kencing manis. Jenis olah raga ini antara lain renang, jogging/ lari treadmill dengan intensitas sedang. Sedangkan olah raga yang tidak dianjurkan adalah yang bersifat eksplosif seperti tennis, badminton, dan sayangnya juga  termasuk angkat berat.
Pertanyaan yang timbul adalah kenapa beberapa olah raga diatas tidak boleh dan justru berbahaya? Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya bahwa  jantung adalah organ otot untuk memompa darah. Pada kondisi dimana otot ini sudah lemah (jangan  samakan dengan bisep anda yang bisa dilatih untuk menjadi kuat), maka olah raga tersebut memaksa jantung yang sudah lemah ini untuk bekerja melebih kapasitasnya, akibatnya adalah bahwa kebutuhan energy badan saat olah raga tidak dapat dipenuhi oleh kiriman darah dari jantung, sehingga suplai darah ke otak atau paru turun mendadak dan dapat menimbulkan kematian.
Pada orang dengan penyakit jantung koroner dimana telah terjadi penyumbatan dari dinding pembuluh darah, olah raga yang bersifat eksplosif juga berbahaya karena adanya stress mendadak akan mengakibatkan pecahnya tumpukan kolesterol dalam dinding koroner dan mencetuskan reaksi berantai yang berakhir pada sumbatan total aliran darah koroner. Apa yang terjadi bila terjadi sumbatan total? Terjadi kerusakan otot jantung karena tidak ada aliran darah yang memberikan nutrisi pada otot tersebut.

Apa yang dapat dilakukan untuk antisipasi?
Anda tidak perlu menjadi terlalu was-was setelah membaca artikel ini. Perhatian lebih perlu diberikan jika anda memiliki beberapa factor risiko dibawah ini
  1. 1. Penyakit kencing manis
  2. 2. Darah tinggi yang tidak terkontrol
  3. 3. Obesitas
  4. 4. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga
  5. 5. MEROKOK
  6. 6. Kolesterol tinggi
Bila terdapat 2 atau lebih factor risiko diatas saya sarankan untuk pemeriksaan jantung untuk mengetahui kondisi jantung anda dan olah raga yang sesuai.


http://duniafitnes.com/health/know-your-heart-before-training-part-ii.html

Know Your Heart before Training Part I

Kali ini saya akan membahas mengenai kondisi jantung yang dihubungkan dengan olah raga, apa yang harus anda mengerti dari kondisi dasar jantung, penyakit jantung yang bisa diperbaiki atau diperberat dengan olah raga dan apa yang bisa anda lakukan untuk mencegah terjadinya kondisi yang fatal.
Beberapa kali kita pernah mendengar kerabat atau sahabat tiba-tiba meninggal saat melakukan olah raga seperti tennis dll. Muncul pertanyaan, mengapa terjadi saat olah raga yang harusnya merupakan aktifitas yang meyehatkan?
Sebelum masuk membahas akitifitas olah raga secara detail, saya akan membahas mengenai jantung dulu.
Jantung adalah organ unik, terletak di tengah/pusat dari tubuh manusia sebagai pompa untuk menyalurkan darah ke seluruh tubuh dari otak hingga ujung jari kaki manusia. Karena sifatnya sebagai pompa, maka jantung memiliki otot sebagai komponen utama. Jantung sendiri juga memerlukan nutrisi dari darah untuk memenuhi energi saat memompa, hal ini dipenuhi dari pembuluh darah yang disebut arteri koroner.
Semakin tua usia seseorang, makin banyak gangguan yang dapat terjadi pada jantung. Gangguan yang sering timbul antara lain,
  1. 1. sumbatan atau penyempitan pembuluh darah koroner karena penumpukan kolesterol di dinding pembuluh darah
  2. 2. penurunan kekuatan pompa jantung akibat penyakit kencing manis, darah tinggi yang lama, atau kerusakan otot jantung pasca serangan jantung.
  3. 3. Serangan jantung yang dapat bersifat fatal akibat sumbatan total mendadak koroner.
Umumnya pada usia muda, gangguan diatas jarang terjadi, namun menginjak usia 40tahun keatas, frekuensi terjadinya hal diatas makin tinggi.
Apa gejala yang timbul pada gangguan jantung? Gejala yang timbul beragam tergantung apa gangguan yang terjadi. Pada penurunan kekuatan pompa jantung (dalam istiah medis disebut heart failure), gejalanya adalah sesak apabila aktifitas yang lebih berat, sesak membaik dengan istirahat, sesak justru memberat bila posisi tidur/berbaring.  Pada kondisi serangan jantung, gejala yang timbul adalah nyeri dada hebat di sisi kiri lebih dari 15 menit, nyeri menjalar ke lengan kiri disertai keringat dingin dan rasa takut yang hebat seperti seolah olah akan meninggal, nyeri berhubungan dengan aktifitas seperti olah raga yang memacu energy secara eksplosif seperti tennis.
Hal diatas dapat dicegah dan dideteksi melalui pemeriksaan oleh dokter. Beberapa pemeriksaan untuk  mendeteksi antara lain EKG untuk merekam akitifitas listrik jantung, echocardiografi untuk melihat gerakan jantung, tes treadmill untuk deteksi dini adanya sumbatan koroner hingga ke pemeriksaan canggih seperti MSCT dan yang bersifat invasive seperti kateterisasi jantung.
Olah raga apa yang boleh dan tidak boleh berdasar gangguan jantung tersebut? Akan dibahas di bagian kedua berikutnya



http://duniafitnes.com/health/know-your-heart-before-training-part-i.html

Rabu, 09 Mei 2012

Manfaat Medis dari Khitan





Definisi khitan secara medis adalah memotong prepusium, yaitu kulit yang menutupi glans penis (kepala penis). Dalam prosesnya, khitan adalah tindakan pembuangan kulup penis dengan tujuan menjalankan syariat agama ataupun indikasi medis.
Khitan disebut juga sirkumsisi yang berarti sayatan melingkar, yang dianalogikan pada pemotongan prepusium yang melingkar terhadap batang penis. Jurnal kesehatan di Amerika menyebutkan khitan atau sirkumsisi (circumcision) adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Ahli kesehatan mengatakan bahwa khitan mempunyai manfaat bagi kesehatan karena membuang anggota tubuh yang menjadi tempat persembunyian kotoran. Beberapa penelitian medis mengungkapkan bahwa penderita penyakit kelamin lebih banyak dari kalangan yang tidak dikhitan. Khitan dapat menghindari timbulnya berbagai penyakit diantaranya fimosis, parafimosis, kandidiasis, serta tumor ganas pada penis.
Para ahli kesehatan di Amerika sejak tahun 1975 menyatakan bahwa secara medis tidak ada keharusan bagi bayi laki-laki yang baru lahir untuk dikhitan, kecuali bila ada indikasi seperti menderita fimosis atau jika anak berusia di bawah lima tahun menderita infeksi saluran kemih berulang.
Pria yang dikhitan terbukti jarang tertular infeksi yang menular melalui hubungan seksual dibanding mereka yang belum dikhitan. Penelitian dari Selandia Baru mengungkapkan bahwa pria yang tidak dikhitan memiliki risiko 2,66 kali serangan infeksi yang menular melalui hubungan seksual dibandingkan dengan pria yang tidak dikhitan.
Data WHO tahun 2007 menyebutkan diperkirakan 30% laki-laki diseluruh dunia telah di-khitan. Khitan terbukti menurunkan risiko infeksi saluran kemih. Suatu pertemuan internasional diadakan di Switzerland yang memutuskan dan merekomendasikan khitan pada laki-laki sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS hingga sebesar 60%.
Secara medis tidak ada batasan umur berapa yang boleh di-khitan. Usia khitan dipengaruhi oleh adat istiadat setempat. Di Arab Saudi anak dikhitan pada usia 3-7 tahun. Di Mesir antara 5-6 tahun, di India antara 5-9 tahun, di Iran saat umur 4 tahun. Di Indonesia, suku Jawa lazimnya meng-khitan anak di usia sekitar 15 tahun, sedangkan suku Sunda biasanya mengkhitan anak diusia 3-5 tahun.
Indikasi khitan dibagi menjadi dua yaitu indikasi agama dan indikasi medis. Seringkali orangtua menginginkan anaknya dikhitan untuk menjalankan syariat agama. Khitan pun direkomendasikan pada orang yang mengalami infeksi berulang pada penis yang diakibatkan oleh penumpukan kotoran atau disebut dengan smegma.
Beberapa indikasi medis khitan yang paling umum adalah fimosis dan parafimosis. Fimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium atau kulit kulup penis tidak dapat ditarik ke belakang. Fimosis biasanya tidak terasa nyeri tetapi dapat mengakibatkan sumbatan keluarnya urin dengan penggelembungan prepusium dan dapat mengakibatkan peradangan yang kronis.
Parafimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tertarik dan tertinggal di belakang kepala penis. Prepusium ini akan menjepit dan menyebabkan pembengkakan pembuluh darah dan terasa nyeri.



http://duniafitnes.com/health/manfaat-medis-dari-khitan.html


Menghitung VO2max dan Denyut nadi

Bagaimana cara mengukur VO2Max secara sederhana ? ada 2 cara yang standar....
1. tes bleep/MFT(multileving fitnes test)
 atlet berlari bolak balik 20 meter sesuai irama musik ( bleep/MFT )

2. tes balke
atlet berlari selama 15 menit dan dihitung berapa banyak jarak yang ditempuh
rumus :
vo2 max = (((jumlah jarak/15)-133) X 0,172 ) + 33,3

( atau perhitungan cepat dapat dilihat di attachment "tes balke )


Menghitung tekanan denut nadi maksimum


Cara termudah adalah dengan menghitung denyut nadi selama 15 detik, kemudian hasilnya dikalikan dengan empat

contoh 20 DN X 4=80Dn/mnt

VO2MAX (VOLUME MAX O2)

Dalam olahraga istilah VO2 Max bukanlah hal yang asing. Apa VO2 Max itu, VO2Max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume )2 max ini adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam liter per menit atau mililiter/menit/kg berat badan.

Mengukur VO2 Max
Sebagai pertimbangan dalam mengukur VO2 Max adalah tes harus diciptakan demikian rupa sehingga tekanan pada pasokan oksigen ke otot jantung harus berlangsung maksimal. Kegiatan fisik yang memenuhi kriteria ini harus :
1.    Melibatkan minimal 50% dari total masa otot. Aktivitas yang memenuhi kriteria ini adalah lari, bersepeda, mendayung. Cara yang paling umum dilakukan dengan lari di Tradmil, yang bisa diatur kecepatan dari sudut inklinasinya.
2.    Lamanya tes harus menjamin terjadinya kerja jantung maksimal. Umumnya berlangsung 6 sampai 12 menit.

Salah satu alat ukur VO2Max adalah metode Cooper Test, metode ini cukup sederhana, tanpa biaya yang mahal dan akurasinya cukup wajar. Yakni atlet melakukakan lari/jalan selama 12 menit pada lintasan lari sepanjang 400 meter. Setelah waktu habis jarak yang dicapai oleh atlet tersebut dicatat.
Rumus sederhana untuk mengetahui VO2Maxnya adalah : (Jarak yang ditempuh dalam meter – 504.9) / 44.73.
Contoh : Bangkit melaksanakan Cooper Test dengan lari selama 12 menit, jarak yang dicapai (2600 meter – 504.9) dibagi 44.73 = 46.83881 mls/kg/min.

Tiga Cara Meningkatkan VO2 Max
Ada tiga cara untuk meningkatkan volume maksimal oksigen atau VO2 max pada setiap atlet dari cabang olahraga manapun. Tentu, semakin tinggi VO2 Max, atlet yang bersangkutan juga akan memiliki daya tahan dan stamina yang istimewa.
Ada langkah awal yang harus menjadi pegangan para pelatih sebelum malaksanakan tiga cara peningkatan VO2 Max, yakni pelatih harus mengetahui berapa jarak dan waktu yang dibutuhkan sang atlet untuk mendapat VO2 Max sebelum memulai pelaksanaan pemusatan latihan.
Setelah menjalani tes Balke, umpamanya sang atlet hanya mampu menyelesaikan lari sejauh 3.600 meter untuk waktu 15 menit, itu berarti kecepatan per detik hanya 4 meter.
Guna meningkatkan daya tahannya, harus diberikan latihan aerobic dengan intensitas 85 persen sebagai tahap pertama dalam meningkatkan VO2 max-nya. Artinya, sang atlet harus terus disadar agar mampu melakukan lari dengan kecepatan 85/100 x 4 meter perdetik atau 3,6 meter per detik, selama satu jam.
Metode kedua untuk lebih meningkatkan VO2 Max itu adalah memberikan latihan kepada atlet dengan intensitas mencapi 95 persen. Ini artinya sang atlet diharuskan mampu berlari dengan kecepatan 3,8 meter perdetik selama setengah jam.
Adapun metode terakhir adalah memberikan latihan secara ekstrem kepada atlet dengan intensitas antara 105 persen – 125 persen. Tentu kegita latihan ini harus diberikan secara bertahap sehingga atletnya dapat mengikuti dengan mudah.
Memang, setelah mendapat latihan terakhir ini, atlet akan memiliki stamina yang andal. Dengan begitu, sang atlet akan cepat mengalami pemulihan dari kelelahan yang dialaminya. Tentu, dengan stamina yang istimewa, sang atlet juga akan memiliki daya tahan yang istimewa pula. (Four33)